Minggu, 20 Oktober 2013

BUKALAH HATIMU


Menutup diri di kamar 402 selama bertahun-tahun, God Dok MI (Park Shin Hye) hidup dalam dunianya sendiri. Seorang editor wanita yang lebih suka berkawan dengan kamar dan buku-buku. Pengalaman pahit yang terjadi semasa sekolah, sahabat yang berubah total, dan fitnah dari seorang guru memaksanya untuk tidak mempercayai orang lain dan lebih memilih apartemen kecilnya sebagai tempat paling aman dan nyaman di dunia. Dan setiap kali ingatan pahit itu datang, ia akan terserang panic attack, dan pingsan.

Kita mungkin tidak pernah mengalami peristiwa yang memaksa kita untuk pada akhirnya tidak lagi mempercayai dunia dan semua orang yang ada di dalamnya. Namun, andaikata kita kemudian dipertemukan dengan pengalaman yang demikian, apakah kita akan bersembunyi dan mengurung diri seperti Dok Mi?

Saya yakin tidak ada orang di dunia yang ingin mengalami apa yang dialami oleh Dok Mi, juga tidak ada orang yang ingin mengasingkan diri dari dunia dan semua orang. Karena apa? Karena tidak ada orang yang bisa hidup sendiri. Kita semua membutuhkan orang lain untuk hidup dan berinteraksi. Kita semua ingin diperhatikan dan memperhatikan. Apapun yang terjadi pada Dok Mi membuatnya tidak lagi percaya pada manusia, syukurlah Yoon Shi Yoon (Enrique Geum) datang dalam hidupnya. Pertemuan mereka mampu menyembuhkan hati Dok Mi dari ikatan masa lalu.

Masa yang pahit mungkin pernah kita alami, sedang kita alami, atau akan kita alami. Tapi, hidup adalah hidup, kita diberi kesempatan untuk bangkit atau tetap roboh ketika hal-hal buruk itu menghantam. Yang pasti, orang-orang terdekat punya peran besar agar kita tidak terus-menerus jatuh, mereka bisa menyembuhkan luka-luka, mereka bisa membantu kita untuk pulih dan bangkit, asalkan kita membuka hati.

Bersemangatlah, dan jangan mau dikalahkan oleh keadaan.

Jumat, 11 Oktober 2013

BUAH KEBAIKAN

 
Shin Ji Hyun merasa sangat bahagia sementara ia mempersiapkan pernikahannya dengan tunangannya, Kang Min Ho. Namun, kehidupan yang sempurna itu seolah porak-poranda ketika sebuah kecelakaan mobil menimpanya dan membuatnya koma. Ia diberi kesempatan hidup kedua oleh malaikat maut dengan satu syarat, ia harus menemukan 3 orang selain keluarganya yang bersedia menangis dan mengeluarkan air mata murni 100% untuknya. Untuk itu, ia meminjam tubuh Yi Kyung, seorang penjaga toko paruh waktu selama 49 hari.
 
Di luar ide ceritanya yang lain dari yang lain, pergumulan Ji Hyun menjadi usaha yang seolah mustahil. Sekalipun sepanjang hidupnya ia dikenal sebagai orang yang baik hati, ternyata itu tidak membuatnya mudah menemukan 3 orang saja yang mau meneteskan air mata yang murni 100% sebagai tanda ketulusan kasih mereka kepadanya. Ia bahkan mendapati kenyataan pahit di mana tunangan yang sangat dicintainya ternyata selingkuh dengan sahabatnya sendiri, dan berencana untuk mengambil alih perusahaan ayahnya. Ini membuat saya menyadari satu hal, bahwa sebaik apapun kita, kita tidak dapat menyenangkan semua orang, kita tidak dapat menjamin bahwa kebaikan kita pasti bermanfaat bagi orang lain, kita tidak dapat menjamin kebaikan hati kita dipandang baik juga oleh orang lain dan bahwa mereka juga akan bersikap baik kepada kita. Lalu, apakah kenyataan ini membuat Ji Hyun "kapok" melakukan kebaikan? Tidak. Ia lebih memutuskan untuk memberi kenangan yang baik akan dirinya kepada orang-orang itu.
 
Kebaikan mungkin tidak selamanya dibalas dengan kebaikan. Ada orang yang akan menganggap kebaikan kita sebagai bentuk kemunafikan atau usaha mencari perhatian, bahkan ada juga yang akan menganggapnya sebagai bentuk penghinaan dan upaya kita untuk show off. Akan tetapi, apakah hal-hal itu dapat dijadikan alasan untuk kita berhenti melakukan yang baik? Tentu saja, tidak. Kita harus yakin bahwa akan ada juga orang-orang yang merasakan manfaat dan bersyukur atas kebaikan hati kita, dan bahwa sekalipun ada yang membalasnya dengan kejahatan, pasti ada waktu untuk kita menuai kebaikan.

Selasa, 08 Oktober 2013

UJIAN PERSAHABATAN

 
Seorang sahabat pernah berkata kepada saya, “Kita tidak akan pernah dapat mengenal seseorang sepenuhnya, meski satu abad kita habiskan bersama orang tersebut.” Antara benar atau tidak benar, saya merasa perkataan sahabat saya tersebut sesuai dengan kenyataan. Saya pribadi yang sudah bersahabat sekian tahun, masih saja terkejut dengan sikap atau karakter baru yang ditunjukkan oleh para sahabat saya. “Ya ampun, ternyata kamu ini orangnya begini ya?”
 
Hal yang sama mungkin juga dirasakan oleh Shin Ji Hyun terhadap Shin In Jung. Sahabat yang dikasihinya sejak masa-masa sekolah itu, bahkan yang sempat tinggal serumah dengannya selama beberapa waktu, seolah seperti orang lain. Kalau kecelakaan tidak dialaminya dan ia tidak koma, ia mungkin tidak akan segera tahu bahwa sahabatnya itu sudah mengkhianatinya, bahkan hendak menghancurkan keluarganya.
 
Namun, bagaimanapun marah dan kecewanya Ji Hyun, saya senang ia tidak menyesali kebaikannya kepada In Jung. Baginya, In Jung tetaplah sahabatnya. Yang ia sesali mungkin mengapa kebaikan dan ketulusannya kepada In Jung bukannya memupuk kasih sayang, justru kedengkian dan kebencian.
 
Yang namanya persahabatan pasti akan diperhadapkan dengan masalah. Karakter dan hati satu sama lain akan diuji, dan persahabatan sejati sajalah yang akan bertahan. Ketulusan Ji Hyun kepada In Jung bukankah kemudian berbuah manis? Sahabatnya itu mengakui kesalahannya dan menyadari bahwa sesungguhnya ia juga menyayangi Ji Hyun. In Jung bahkan terbukti menjadi orang ketiga yang memberikan air mata 100 % murni  baginya.
 
Tidak peduli ujian apa yang menimpa persahabatan kita, asalkan kita tulus mengasihi satu sama lain, buah yang manis pasti akan kita alami juga. ^ ^

Sabtu, 22 Juni 2013

KELOLA "BERKAT DADAKAN" BAIK-BAIK


Tiba-tiba berubah setelah demam semalaman ternyata membuat Peter Parker kegirangan. Mata birunya yang sebelumnya minus, plus, atau entah silinder itu kini tidak lagi membutuhkan kacamata. Badannya yang sebelumnya biasa saja sekarang jadi luar biasa, full energy. Wah, kalau digigit laba-laba "super keren" ternyata bisa bikin kita sekeren itu dalam semalam, aku mau. (Tapi jadinya tambah keren lho ya, bukan tambah krempeng. ^ ^ Hahaha...)

Tapi jangan salah, Spiderman "barusan" ini tenyata bisa takabur juga. Alih-alih ingin mendapatkan perhatian Mary Jane dengan mobil harga "pas-pasan" (murah bahkan), Peter rela tidak belajar dan mencoba mencari peruntungan dengan duel. Wuih... gitu ya sekarang??? Kemarin kutu buku, sekarang kutu loncat. xixixi... Bukan hanya itu, demi uang ia mulai tega membiarkan pencuri masuk dan menodong bosnya, hanya untuk balas dendam. Hebat ya, Peter? Sudah keren sih. Namun, dari sinilah kekecewaan dan penyesalan datang; Paman Ben meninggal di tangan pencuri-pencuri itu.

Saat kita menerima sesuatu yang tidak biasa secara instan, kita biasanya tidak pandai "mengelolanya". Untuk apa uang sebanyak ini? Untuk apa kemampuan sejenius ini? Untuk apa penampilan sekeren ini? Jika kita tidak waspada, hal-hal baru alias dadakan itu bisa membuat kita menjadi orang yang berbeda. Dan jika kita tidak berhati mengelola tanggung jawab besar itu, kita akan kehilangan diri kita yang sesungguhnya, dan akhirnya penyesalanlah yang datang.

Ada beberapa program televisi yang menyajikan reality show di mana mereka memberikan uang dalam jumlah yang sangat besar kepada orang miskin. Dalam keadaan tidak siap, beberapa orang di antaranya justru kaget, shock, bahkan stress, karena tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan uang sebanyak itu. Kalaupun ada yang tahu, uang itu akan dihabiskan sekaligus tanpa ada yang disisihkan untuk masa depan. Fakta ini mengajar kita supaya tetap tenang dalam segala keadaan dan mulai berencana. Jangan terburu-buru melakukan sesuatu yang akhirnya akan kita sesali. Berkat apapun yang kita terima dalam hidup akan jadi berkat yang sesungguhnya (bukan bumerang) jika kita menjadi orang yang tidak terburu-buru. Jadi, berpikirlah matang dalam segala keadaan.

Jumat, 21 Juni 2013

SAATNYA... BERUBAH!!!


Peter Parker, pelajar kutu buku yang akhirnya menjadi Spiderman; orang biasa yang akhir menjadi luar biasa. Bukankah itu keinginan banyak orang? Suatu saat digigit laba-laba atau mungkin anjing "keren" dengan kemampuan "super", dan akhirnya merubah kita menjadi, bukan manusia penyakitan atau kena rabies, tapi justru superhero yang dikagumi banyak orang. Andai saja itu terjadi, saya ingin jadi Dora aja deh! (Hehe... nggak ada hubungannya kalee!) Tapi bener lho, saya ndak keberatan jadi spiderman, setidaknya saya bisa sliweran sana-sini ga pake ongkos.

Menjadi orang luar biasa adalah impian setiap orang. Tidak ada orang tua yang mendoakan anaknya agar jadi anak yang tidak berguna, semuanya rata-rata ingin anak mereka menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Akan tetapi, apakah harus menjadi superhero dengan kekuatan super untuk melakukannya?

Setiap orang sudah memiliki bagian untuk dijalani. Kalau Spiderman memang ada, dia ada untuk menolong banyak orang dan menggunakan kemampuan laba-laba supernya untuk kepentingan banyak orang. Untungnya dia tidak menggunakannya untuk dirinya sendiri ataupun hanya demi Mary Jane Watson, gadis yang dicintainya. Nah, bagian kita adalah menggunakan kemampuan super, alias skill dan talenta yang sudah Tuhan kasih ke kita untuk kepentingan, bukan diri sendiri, tapi orang lain juga. Kita mungkin tidak dapat menolong banyak orang, tapi setidaknya kita dapat menolong orang-orang di sekitar kita.

Masalahnya, apa kita akan menunggu sampai kita mengalami perubahan "drastis" seperti halnya Peter, hari di mana kita "digigit laba-laba super"? Semoga bukan Tuhan yang "gigit" kita demi menyadarkan kita untuk berubah dan melakukan sesuatu, karena kalau sampai Yang Mahakuasa yang "nggigit", kita pasti udah remuk!! Kapanpun itu, saya rasa sekaranglah waktunya. Sekarang juga kita bisa membuat perubahan kok, asal ada niat dan kesungguhan. Apakah jalannya akan mudah? Mungkin benar, tidak, tapi kalau tidak sekarang, kapan lagi? Belum tentu kita punya hari esok, bukan? Lakukan perubahan dari hal yang kecil, dan mulailah berpikir tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga orang lain.

Kamis, 20 Juni 2013

JADILAH PAHLAWAN


"I believe there's a hero in all of us, that keeps us honest, gives us strength, makes us noble, and finally allows us to die with pride, even though sometimes we have to be steady, and give up the thing we want the most. Even our dreams," Aunt May.

Kutipan ini menurut saya adalah kutipan terbaik dalam sekuel Spiderman. Banyak orang yang karenanya menganggap Ibu Rosemary sebagai Aunt May terbaik dibanding pemeran lainnya. Entah itu dari segi pemain ataupun cerita, namun bukankah pernyataan di atas sangat menyentuh, bukan? "Pahlawan" dalam diri setiap orang, adalah suatu kebenaran yang menuntut pengorbanan dan pembuktian.

Seorang pahlawan tidak akan melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Justru karena ia melakukan satu atau banyak hal untuk orang lain, bahkan banyak orang, makanya orang itu disebut sebagai pahlawan. Akan tetapi, ada harga yang harus dibayar oleh seorang pahlawan, ia mungkin tidak dapat menikmati hidupnya sendiri, dan belum tentu semua orang disenangkan atau mendukungnya setelah apa yang diperbuatnya. Peter adalah contohnya. Hidup sebagai Spiderman justru membuat mahasiswa jenius ini selalu ketinggalan pelajaran, dipecat dari beberapa pekerjaan, tidak dapat mengungkapkan isi hatinya kepada gadis yang dicintainya. Kenapa? Karena ia sibuk menolong banyak orang, dan tidak mungkin baginya menempatkan orang-orang yang dicintainya dalam bahaya jika saja musuh-musuhnya tahu tentang dirinya.

Ada harga besar yang harus dibayar, dan itu membuat sang pahlawan justru "sakit". Nah, apakah kita sanggup menanggung semua itu? Apakah kita rela hidup kita "ruwet" akibat kita sering memprioritaskan kepentingan orang lain?

Pilihan yang baik dan yang benar seringkali tidak mudah, namun jika kita memilih untuk menjadi "hero" dalam perjalanan hidup kita yang singkat ini, maka itu adalah pilihan yang berani dan patut diapresiasi. Jalannya memang tidak mudah, namun melakukan yang benar dan berusaha hidup tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk orang lain juga, akan membuat hidup kita ini semakin berarti. Sekalipun ada harga yang harus dibayar, dan ada mimpi yang harus dikorbankan, tapi jika itu yang harus kita ambil, yakinlah... itu tidak akan sia-sia.

Senin, 10 Juni 2013

UNTUK YANG KITA SAYANGI


"Obliviate," Hermione Granger.

Gambar di atas adalah salah satu adegan yang tidak dapat membuat saya berhenti menangis. Hermione dalam kesedihannya, terpaksa mengucapkan mantra penghilang memori kepada kedua orang tuanya. Dengan sadar, ia membuat orang tuanya melupakan bahwa dirinya pernah ada dalam kehidupan mereka. Semuanya karena semata-mata ia ingin melindungi mereka, hanya untuk melindungi mereka.

Hermione yang menyadari bahwa dengan sekembalinya Voldemort, rumah bukan lagi tempat yang aman baginya. Ia mungkin bisa masih bisa melindungi dirinya sendiri, tapi tidak dengan kedua orang tuanya-mereka hanya muggles, orang biasa. Mengetahui bahwa ia harus menghilangkan jejak apapun yang dapat menarik para Pelahap Maut, ia memilih untuk menghapus segala ingatan tentang dirinya di rumah itu, termasuk dari ingatan kedua orang tuanya.

Keputusan Hermione untuk menghilang dari kehidupan orang tuanya adalah keputusan terbaik. Banyak nyawa yang harus dipertaruhkan kemudian, dan dia tahu di tidak bisa tetap ada di sana untuk melindungi mereka. Bahkan, mungkin dia juga sadar bahwa belum tentu ia dapat kembali hidup-hidup dari pertempuran yang harus dihadapinya. Akhirnya, untuk meniadakan rasa sakit yang nantinya mungkin muncul dalam hati kedua orang tuanya karena kehilangan dirinya, lebih baik jika ia sendiri yang menyimpan memori tentang mereka.

Orang tua adalah wakil Tuhan bagi kita. Dari mereka kita beroleh kasih sayang dan segala yang kita butuhkan untuk mampu menghadapi dunia. Sebaliknya, anak adalah harta tak ternilai yang dititipkan Tuhan kepada para orang tua. Karenanya, tidak akan ada orang tua yang penuh kasih, yang dapat kehilangan anaknya. Jadi, selama masih ada hari, lakukan yang masih bisa kita lakukan untuk orang-orang yang kita sayangi, karena jika tidak, kita akan menyesal karena telah membuang kesempatan-kesempatan itu. Akan tiba waktu di mana kita harus berpisah dengan orang tua atau anak-anak kita, entah itu hanya untuk sementara atau untuk selamanya. Yang pasti, gunakan waktu yang ada ini dengan baik, yaitu untuk menunjukkan bakti atau sayang kita kepada mereka.

Minggu, 09 Juni 2013

KELUARGA YANG SEJATI


"Family isn't whose blood you carry. It's who you love, and who loves you." Bob Ho (Keluarga bukan tentang darah siapa yang mengalir dalam dirimu, namun tentang siapa yang kamu cintai, dan yang mencintaimu.)

Farren, anak perempuan tertua dalam keluarga ini merasa tersisih dan jauh dari anggota keluarga lainnya. Bukan karena ibu yang terkadang bersikap keras kepadanya, bukan juga karena adik-adiknya (khususnya adik lelakinya) yang sering mengerjainya, namun karena ia merasa bukan bagian dari keluarga "anehnya" itu.

Tinggal dalam asuhan orang tua tunggal, Farren serta kedua adiknya, Ian dan Nora, sering bersikap aneh guna mendapat perhatian ibu mereka, Gillian. Dalam hal ini, Farren sering berdandan ala remaja dewasa dengan make up dan baju ketatnya. Apapun yang dikatakan ibunya nyaris tidak didengarkannya. Ketika Bob Ho datang dalam kehidupan mereka sebagai kekasih ibunya, Farren merasa lebih tersisih lagi. Mungkin Gillian memang bukan ibu kandungnya, tapi tetap saja, ia berharap ayahnya akan kembali satu saat nanti, dan tidak akan ada yang dapat mengambil tempat itu darinya.

Dalam petualangannya bersama Bob Ho dan kedua adiknya, Farren menyadari bahwa keluarga adalah satu hal yang berharga. Sekalipun ia dan adik-adiknya beda ibu, sekalipun Bob Ho bukan ayah kandungnya, namun ia bisa merasakan indahnya dan serunya kebersamaan mereka. Dari situ ia belajar, bahwa keluarga tidak harus mereka yang sedarah, namun mereka yang saling mengasihi satu sama lain.

Bagi kita yang memiliki keluarga, kita harus bersyukur atas mereka yang sudah Tuhan berikan untuk ada di sekitar kita, karena tidak semua orang bisa memiliki keluarga seperti yang kita punya. Karenanya, apakah wajar jika kita justru tidak akur, selalu bertengkar, penuh kebencian dengan keluarga kita sendiri? Bagi mereka yang tidak memiliki keluarga, mungkin hari-hari terasa sepi dan menyedihkan. Tapi ingatlah, masih ada kawan dan sahabat yang mendukung dan mengasihi kita, bukan? Apakah mereka tidak bisa menjadi keluarga kita?

Keluarga adalah sesuatu yang sangat berharga, sesuatu yang harus dipupuk dan dukungan, perhatian, dan cinta. Akan tetapi, tidak selamanya keluarga adalah mereka yang sedarah dengan kita. Siapapun mereka, asalkan mereka mengasihi kita dan kita mengasihi kita, mereka adalah keluarga kita. Mereka terlalu berharga untuk dijauhi dan ditinggalkan. Karena itu, hargailah mereka, cintailah mereka, selama mereka masih ada di sisi kita.

Sabtu, 08 Juni 2013

MENGUJI RASA INGIN TAHU


"Curiosity is not a sin.... But we should exercise caution with our curiosity... yes, indeed." Albus Dumbedore (Keingintahuan bukanlah sesuatu salah... namun sesungguhnya kita harus menguji akibat dari keingintahuan kita.)

Sewaktu Dumbledore mengatakan hal ini kepada Harry, saya berpikir bahwa ia sekedar ingin mengingatkan Harry atas segala keingintahuannya. (Waktu itu, Harry "mengintip" memori Dumbledora lewat Pensieve.) Namun kemudian saya berpikir lagi, keingintahuan Harry masihlah dalam tahap wajar, jadi apa yang sebenarnya membuat Dumbledore berkata demikian?

Jika mengingat masa muda Dumbledore, ia adalah seorang anak jenius dan bertalenta dalam hal sihir. Tidak heran jika ia rajin mempelajari, bereksperimen, dan mencari tahu tentang hal-hal seputar "kekuatan yang lebih besar". Memang dalam film tidak banyak diceritakan tentang segala usaha dalam keingintahuan dan pencariannya tersebut, namun ia mengakui bahwa ada masa-masa gelap di masa lalu yang membuatnya kehilangan Ariana Dumbledore, dan tidak akur dengan Aberforth Dumbledore, kedua adiknya.

Ada banyak kasus tentang remaja yang penasaran, ingin tahu tentang rokok, obat-obatan, miras, seks, yang akhirnya kebablasan. Berawal dari rasa ingin tahu ("Benar nggak sih ini berbahaya?"; "Apa bener ya yang dimilang teman-teman kalo ini bikin happy?"; "Ah, temanku nyoba juga ndak ketahuan. Ikutan juga ah."), mereka mulai coba-coba, dan dari coba-coba, mereka mulai ketagihan. Akhirnya, mereka kesulitan untuk melepaskan diri darinya, karena mereka sudah terjerumus terlalu dalam.

Eit... ini bukan terjadi pada remaja saja, semua kalangan juga punya rasa "penasarannya" sendiri. Rasa ingin tahu (yang masih wajar) tentang hal-hal yang baik dapat membawa kita kepada hal yang baik pula. Akan tetapi, berhati-hatilah dengan rasa ingin tahu yang salah, karena siapapun kita, jika terus membirkan rasa itu menguasai tindakan kita, kita bisa jatuh dan terjerumus juga ke dalamnya.

Jumat, 07 Juni 2013

HILANG NAMUN TAK PERNAH HILANG


"Anyway, my mum always said things we lose have a way of coming back to us in the end. If not always in the way we expect." Luna Lovegood (Lagipula, ibuku bilang kalau segala yang hilang dari kita selalu punya cara untuk kembali kepada kita, pada akhirnya... meski tidak selalu dengan cara seperti yang kita harapkan.)

Harry mengalami kesedihan yang mendalam karena satu-satunya keluarga yang diidam-idamkannya, setelah orang tuanya, Sirius Black, mati di tangan Bellatrix. Ayah baptisnya itu mungkin tidak ada hubungan darah dengan Harry, akan tetapi kasih dari keluarga yang diimpikan Harry ada dalam dirinya. Dalam perasaan kehilangan yang begitu besar,  Luna, gadis yang barang-barangnya sering sekali disembunyikan oleh teman-teman asramanya ini, ada sebagai salah satu teman yang menghiburnya.

Memang benar, Harry telah banyak mengalami kehilangan dalam hidupnya, akan tetapi, jika dipikirkan lagi, tidak sedikit juga hal yang diterimanya. Ia memiliki dua sahabat yang setia, Ron dan Hermione. Ia memiliki teman-teman yang mendukungnya, tidak disanksikan lagi. Keluarga Ron juga menganggapnya anggota keluarga. Guru-guru juga banyak yang berdiri di pihaknya, dan masih banyak lagi. Intinya, kehilangan orang tua dengan cara yang tragis tidak membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keluarga besar yang luar biasa.

Kita mungkin juga mengalami banyak sekali kehilangan, kehilangan yang mengakibatkan luka yang teramat dalam di hati kita. Kita gagal, kita sedih, kita rugi, kita dikecewakan, tapi apakah cerita kehidupan kita berhenti di sana? Tidak, selama masih ada waktu, kita masih memiliki kesempatan untuk memperoleh segala yang hilang itu kembali. Kita memang tidak akan mendapatkan kembali waktu yang sudah terbuang lewat, namun kita punya kesempatan untuk memperbaiki hidup kita dan berusaha untuk bangkit di waktu-waktu berikutnya.

Kehilangan seperti apa yang pernah kita alami? Apapun itu, jangan seberapa banyak kehilangan yang telah kita alami, melainkan fokuslah pada hal-hal yang sudah kita peroleh. Dengan demikian, kita akan bersyukur ketimbang kecewa, bahagia ketimbang bersedih, dan tersenyum ketimbang menangis.

Kamis, 06 Juni 2013

SENDIRI = BUKAN LAGI ANCAMAN


"Well if I were You-Know-Who, I'd want you to feel cut off from everyone else. Because if it's just you alone you're not as much of a threat." Luna Lovegood (Jika aku adalah Kau-Tahu-Siapa, aku ingin kau terpisah dari teman-temanmu. Karena kalau kau seorang diri, kau bukan lagi ancaman untukku.)

Gadis manis berambut pirang ini adalah salah satu tokoh favorit saya. Meskipun sifatnya sedikit "aneh", tapi tetap saja tidak membuat saya tidak menyukainya. Bagi saya, Loony Luna.... Ehh, Luna Lovegood maksudnya, adalah teman yang unik lagi setia kawan. Jika kita lebih mengenalnya, ia juga punya masa lalu yang tidak mudah. Ibunya meninggal di hadapannya, dan selain Harry, Luna-lah yang dapat melihat thestral (sejenis kuda bersayap yang invisible-alias tidak terlihat).

Dalam keadaan galau dan cibiran dari teman-teman yang tidak mempercainya sehubungan dengan kembalinya Voldemort, Harry mendapat penghiburan dari Luna. Luna mengingatkannya untuk tetap mengingat sahabat-sahabat yang masih mempercayainya, karena berapapun mereka yang percaya kepadanya, sekalipun tidak banyak, adalah sahabat-sahabat yang berharga. Kata-kata Luna sangatlah benar, jika Harry sendirian, ia bukanlah ancaman bagi Voldemort dan pengikutnya.

Terkadang kita memilih untuk berjalan sendiri, tidak butuh teman. Apalagi ketika orang tidak mempercayai kita, kita marah dan balik tidak mempercayai orang-orang di sekitar kita. Hati-hati, pada saat demikian kita justru akan dianggap remeh oleh masalah, karena kita sendirian.

Sekali lagi, hidup kita bukanlah hidup secara individu, kita butuh orang lain. Saat senang, bahagia, kita perlu mengekspresikannya bersama orang lain. Saat kita sakit, lelah, dan sedih, kita lebih lagi membutuhkan orang lain. Kita tidak akan dapat bertahan sendirian karena ada waktu-waktu di mana kita butuh orang lain untuk menolong dan menguatkan kita.

Jangan hidup sendirian, dan sadarilah, keluarga dan sahabat sedang berdiri di samping kita. Jika tidak, kita bukan lagi ancaman bagi masalah-masalah kita.

Rabu, 05 Juni 2013

LAKUKAN SESUATU YANG NYATA


"Dumbledore's Army is supposed to be about doing something real." Neville (Laskar Dumbledore seharusnya melakukan sesuatu yang nyata.)

Perkataan "sekuat" itu keluar dari mulut seorang anak laki-laki yang dulunya penakut, bicara tergagap-gagap, tidak pandai mengambil keputusan, paling "apes" di kelas, paling tidak bisa membuat mantra, dan sering diremehkan oleh orang lain. Dia tidak lain dan tidak bukan adalah Neville Longbottom. Dari seorang anak yang biasa-biasa saja, Neville berhasil mengatasi ketakutan dan kesepiannya karena kehilangan orang tua dengan cara yang tragis. Selain Harry, Neville-lah yang berhasil menarik keluar pedang Godric Gryffindor dari Topi Seleksi, dan membunuh Nagini, ular peliharaan Voldemort. Luar biasa, bukan!

Kata-kata Neville sangatlah benar, Laskar Dumbledore seharusnya melakukan sesuatu yang nyata. Andaikata waktu itu Hermione tidak punya inisiatif untuk membuat kelas rahasia, andaikata Laskar Dumbledore tidak berlatih menggunakan mantra-mantra pertahanan terhadap sihir gelap, Harry pasti kelabakan melawan para Pelahap Maut. Jelas sekali mereka berlatih tidak hanya untuk bermain-main, namun untuk mempersiapkan diri menghadapi pertempuran besar yang menanti.

Mungkin kita seperti Neville, orang biasa, tidak istimewa, lebih sering "apes" daripada mujurnya, penakut dan tidak bisa mengambil keputusan. Akan tetapi, kita bisa saja tidak membiarkan diri terus tenggelam dalam kesedihan dan kepahitan masa lalu yang membuat kita menjadi penakut, dan memutuskan untuk menghadapi masa depan dengan persiapan yang matang. Yang perlu kita tanamkan dalam hati adalah bahwa kita harus melakukan sesuatu yang nyata. Ya, sesuatu yang benar-benar nyata.

Memang benar bahwa dalam prosesnya kita akan jatuh, terluka, gagal... namun kita bisa bangkit lagi. (Ingat, bangkit itu pilihan!) Di hadapan kita masih ada pertempuran hidup yang harus kita hadapi. Kalau kita masih menjadi orang yang biasa-biasa saja, kita pasti akan kalah. (Diperlukan cara-cara yang tidak biasa untuk menghasilkan sesuatu yang luar biasa.) Sekarang, mari kita lakukan sesuatu yang nyata!

Selasa, 04 Juni 2013

PILIHANMU ADALAH DIRIMU


"The world isn't split into good people and Death Eaters. We've all got both light and dark inside of us. What matters is the part we choose to act on. That's who we really are." - Sirius Black (Dunia  tidak dibagi menjadi orang baik dan Pelahap maut. Kita semua memiliki sisi terang dan gelap dalam diri kita. Yang penting adalah sisi manakah yang kita pilih, itulah yang menentukan siapa kita.)

Dalam proses semakin terbukanya koneksi antara Harry dan Voldemort, Harry merasa begitu tersiksa ketika ada sisi lain dalam dirinya yang berusaha untuk menguasainya; sisi yang begitu menekan dan membuatnya selalu merasa sedih, marah, sepi, berontak, membenci; sisi yang ingin ditaklukkannya namun tak kuasa juga. Ia merasa ia telah menjadi orang lain, orang lain yang semakin hari semakin mirip dengan Penguasa Kegelapan. Wajar jika dalam hati ia bertanya-tanya, "Akankah aku menjadi jahat seperti Voldemort?"

Ada saat di mana hati kita kelam, saat di mana segala hal yang terjadi di sekeliling kita membuat kita marah dan penuh kebencian, saat di mana kita merasa sepi dan tidak ada yang dapat memahami perasaan kita, saat di mana kita seolah menjadi "the bad guy" (orang jahatnya). Kita seolah tidak memiliki daya untuk menguasai diri kita; ingin berpikir positif, namun hati masih saja dipenuhi dengan hal-hal negatif. Saat-saat seperti ini terkadang muncul ketika masalah melanda, atau ketika kita sedang dalam emosi yang "labil". Di sinilah kita dituntut untuk memilih, akankah kita berusaha untuk keluar dari jerat rasa "gelap" ini, atau menyerah dan tenggelam di dalamnya?

Apa yang kita pilih, itulah yang menentukan siapa diri kita. Kita mungkin orang biasa, tidak kaya, tidak punya kedudukan, tetapi kita tetap dapat memilih untuk menjadi orang yang penuh integritas dan hidup dengan baik. Pilihan akan selalu ada, antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan yang mudah. Pilihan yang buruk dan yang mudah adalah pilihan "favorit" banyak orang, karena kebebasan dan kebahagiaan (semu) mudah diperoleh darinya. Sedangkan pilihan yang benar dan yang baik seringkali dipertimbangkan berulang-ulang, karena yang dituntut darinya adalah ketidaknyamanan dan harga yang mahal. Bagian kita adalah menentukan jalan mana yang akan kita ambil; semuanya terserah pada kita. Akan tetapi, sebelum memilih, pertimbangkan ini, apa yang Anda ingin orang lain nilai/lihat dari diri Anda? Saya pribadi akan tetap menganjurkan Anda untuk memilih yang baik dan yang benar, karena saya yakin, untuk itulah kita sebenarnya dicipta.

Senin, 03 Juni 2013

NYALAKAN CAHAYANYA


"Happiness can be found even in the darkest of times…if one only remembers to turn on the light." - Dumbledore (Kebahagiaan dapat ditemukan, bahkan di masa-masa tergelap sekalipun... hanya jika seseorang ingat untuk menyalakan cahaya.)

Dalam kondisi yang sulit dan terjepit, kita seringkali sibuk dengan permasalahan dan kekuatiran kita, kebingungan kita, kesedihan kita, kegagalan kita. Intinya adalah, kita kehilangan kemampuan untuk berpikir jernih, apalagi memikirkan hal baik apa yang ada di balik permasalahan tersebut. Karena terlalu mendalami rasa sakit, kita buta hati dan pikiran kita hidup dalam kegelapan total.

Seperti orang yang tinggal dalam ruang gelap tanpa cahaya, kita merasa kesulitan untuk bergerak. Kenapa? Karena walaupun itu ruangan kita, kita masih saja kuatir akan salah langkah, menabrak sesuatu, terjatuh, dan merasa kesakitan. "Boro-boro" berpikir positif, gelap karena mati lampu saja kadang cukup membuat kita was-wasan.

Kita mungkin bertanya, "Kebahagiaan macam apa yang bisa kuperoleh dalam kegelapan, kegagalan, dan kesakitan?" Bagi Harry, kebahagiaan yang muncul dalam masa-masa gelapnya mungkin: Kehadiran dan kesetiaan sahabat-sahabatnya, yang membuatnya tahu bahwa ia tidak akan kesepian dan tidak akan berusaha sendirian. Lalu, bagaiamana? Apakah Anda sudah menemukan kebahagiaan yang tersembunyi di balik kesusahan Anda? Pertanyaan ini bisa kita jawab saat hati dan pikiran kita tenang, dan tidak membiarkan masalah mengusiknya.

Dalam kegelapan, kita pasti akan berusaha untuk mencari sumber terang. Kita tentu tidak ingin terus tinggal dalam gelap, bukan? Soal hati dan pikiran pun demikian. Jika hidup menjadi terasa berat dan sulit, jangan biarkan hati kita dibuat gelap oleh keadaan. Temukan cahaya, nyalakan cahaya, dan lihatlah kebahagiaan yang tersembunyi di baliknya. Selalu ada maksud baik di balik setiap persoalan yang ada.

Minggu, 02 Juni 2013

TIDAK SENDIRIAN


"Dark and difficult times lie ahead. Soon we must all face the choice between what is right and what is easy. But remember this, you have friends here. You're not alone." - Dumbledore (Masa-masa gelap dan sulit menanti. Segera kita akan menghadapi pilihan antara yang benar dan yang mudah. Namun ingatlah hal ini, engkau mempunyai teman-teman. Engkau tidak sendirian.)

Hidup terkadang terasa sulit dan berat. Kita masing-masing berjuang dan bertahan selama nafas masih mengalir keluar. Di sinilah seringkali kita tidak menyadari hal lain yang lebih penting dari sekedar berjuang dan bertahan.

Saya pernah berpikir, "Kenapa harus minta tolong jika saya dapat melakukannya sendiri?" Dalam beberapa hal mungkin pandangan ini baik, karena ini berarti saya orang yang mandiri dan bisa maju tanpa mengandalkan orang lain harus ada di samping saya. Namun di sisi lain, pandangan ini menyiksa, karena ini berarti saya terlalu mementingkan ego dan harga diri, juga kemampuan diri sendiri, serta tidak merasa perlu untuk memiliki teman.

Kita bisa saja berjuang sendiri, melakukan segala-galanya sendiri, tapi, jangan kaget jika kita cepat kelelahan dan merasa sepi. Kita harus menyadari bahwa ada waktunya kita membutuhkan orang lain, keluarga, rekan, dan sahabat di samping kita. Dengan mereka, hidup akan terasa lebih ringan, dan tanggungan kita pun tidak akan sebegitu berat.

Harry beberapa berkata kepada teman-temannya untuk menyelesaikan semuanya sendiri. Tapi jika itu benar terjadi, jika ia benar-benar seorang diri, ia tidak akan dapat memenangkan pertempuran itu, bahkan ia tidak akan dapat bertahan dua hari saja tanpa Hermione, juga beberapa hari saja tanpa Ron.

Teman akan membantu kita, jadi, izinkan mereka membantu kita. Engkau tidak sendirian.

Sabtu, 01 Juni 2013

LANJUTKAN HIDUP


“It does not do to dwell on dreams, Harry, and forget to live.” – Dumbledore (Tidak baik jika kita terus tinggal dalam mimpi-mimpi, Harry, dan lupa untuk hidup.)

Melihat orang tuanya dalam Cermin Tarsah adalah satu hal yang membuat Harry merasa sangat bahagia. Tentu saja demikian... mereka meninggal sewaktu ia masih sangat kecil. Kita yang berdiri di hadapan cermin itu mungkin tidak akan melihat mereka, karena yang ada dalam hati kita adalah impian-impian dan kebahagiaan-kebahagiaan yang lain, yang berbeda dengan kebahagiaan Harry (kesuksesan dalam studi, pekerjaan, percintaan, keluarga, dll). Akan tetapi, hal yang kemungkinan besar terjadi bisa saja tidak jauh dari apa yang dialami Harry, yaitu kita akan terus-menerus memandangi cermin itu, bermain dengan mimpi-mimpi kita, dan, seperti yang dikatakan Dumbledore, lupa untuk hidup.

Kita boleh saja punya mimpi, kecil-besar, banyak-sedikit. Semua itu sangat baik untuk dijadikan penyemangat hidup. Kita jadi tahu apa tujuan kita. Namun, ada pepatah mengatakan, "Hal terbaik untuk meraih mimpi adalah berhenti bermimpi dan mulai melakukan sesuatu." Dengan kata lain, kalau ingin mimpi kita terwujud, kita harus mulai melakukan aksi nyata. (Yang saya maksud impian di depan kita, tentunya, bukan hal-hal yang sudah lalu sepert yang diperlihatkan Cermin Tarsah kepada Harry.)

Hidup adalah kenyataan dan waktu yang kita habiskan tidak akan pernah dapat diulang. Mengetahui mimpi-mimpi kita memang baik, namun melanjutkan hidup dan bertindak dalam kenyataan adalah hal yang lebih baik. Lakukan sesuatu sekarang untuk impianmu. Lakukan hidup dan wujudkan impian itu.

Jumat, 31 Mei 2013

LAYAK UNTUK DIPERJUANGKAN


"Even though we've got a fight ahead of us, we've got one thing that Voldemort doesn't have...something worth fighting for." - Harry (Sekalipun pertempuran sedang menanti kita, kita punya sesuatu yang tidak dimiliki Voldemort...sesuatu yang layak untuk diperjuangkan.)

Masa-masa gelap ada di depan mata. Voldemort sudah kembali dan pertempuran besar akan segera terjadi. Perasaan Harry semakin bercampur aduk, karena "koneksinya" dengan Voldemort semakin terbuka. Ia selalu saja merasa kesal dan penuh amarah, tanpa alasan. Dan semua itu ternyata berhubungan dengan dirinya yang adalah Horcrux ketujuh Voldemort.

Ketika Harry "dipenetrasi" oleh Voldemort, saya seolah bisa merasakan apa yang Harry rasakan. Kemarahan, kebencian, rasa kehilangan yang besar akan Sirius dan orang tuanya, kesepian... semua bercampur menjadi satu, memaksanya untuk "meledak," dipenuhi oleh keinginan untuk membalas dendam dan, membunuh. Itulah yang dimanfaatkan oleh Voldemort untuk menguasainya, dan dikiranya akan berhasil. Tapi, Voldemort salah.

Harry mengingat kembali rasa cinta dari orang-orang terdekatnya. Harry sadar ia tidak pernah sendiri. Itu membuatnya lebih kuat untuk melawan, untuk mengalahkan perasaan benci dan sepi itu, juga untuk membungkam Voldemort. Ia tahu bahwa cinta dan persahabatan lebih kuat dari perasaan apapun, dan itu pantas untuk dipertahankan. Voldemort mungkin seorang ahli ilmu hitam dengan banyak pengikut, tapi jauh dalam hati ia kesepian dan marah, dan orang-orang mengikutinya atas dasar rasa takut, bukan cinta ataupun kesetiaan.

Hati kita bisa saja dipenuhi amarah, tapi ingatlah akan mereka yang mengasihi kita. Bukalah hati untuk keluarga, rekan, dan sahabat. Penuhi hidup dengan cinta dan kasih, dari situlah kita tidak akan pernah merasa sepi dan sunyi. Jangan melarikan diri dan hidup seorang diri saja. Ada hal-hal yang pantas diperjuangkan dalam hidup, karenanya... carilah!

Kamis, 30 Mei 2013

BUKAN ORANG YANG LEMAH


"You're the weak one. And you'll never know love...or friendship. And I feel sorry for you." - Harry (Kaulah yang lemah. Kau tidak akan pernah tahu yang namanya cinta...atau persabahatan, dan aku merasa kasihan padamu.)
"You're a fool Harry Potter…and you will lose...everything." - Voldemort (Kau bodoh Harry Potter... dan kau akan kehilangan...segalanya.)

Bagi Voldemort, harta berarti kekuasaan, ketenaran, pengikut. Dan di hadapannya, Harry Potter adalah orang bodoh, yang lemah, dan tidak punya kuasa ataupun keberanian untuk melawan.

Harry mungkin memang bodoh. Ia tidak bisa membalas ketika Bellatrix membunuh ayah baptisnya, Sirius. Namun, justru di situlah kekuatan Harry. Rasa belas kasihan dan ketidakmampuannya untuk melakukan apa yang akan Voldemort lakukan justru membuatnya mampu mengendalikan diri dan mengenyahkan Voldemort dari pikirannya. Ia tahu bahwa ada hal yang lebih berharga untuk dibela ketimbang balas dendam. Teman-teman dan orang-orang yang ada untuk dirinya, merekalah hartanya yang berharga.

Orang mungkin menganggap kita lemah karena kita tidak tahu cara untuk membela diri, memperjuangkan hak-hak kita. Kita dianggap terlalu baik sehingga orang dengan sesuka hati mempermainkan kita. Akan tetapi, kebaikan bukanlah kelemahan, karena selalu ada hal baik yang dibuahkan oleh kebaikan.

Saat kita merasa tidak memiliki kemampuan untuk membalas, untuk protes, untuk melawan, bukan berarti kita lemah. Ada waktunya untuk hal-hal itu, dan seringkali bukan kita yang mengadakannya. Bukankah ada kuasa tak terlihat yang mengatur waktu dan melihat segala sesuatu? Kuasa itulah yang akan mengadakan, entah itu karma, hukum tabur tuai, ataukah hukum sebab dan akibat. Yang pasti, mengalah bukan berarti kalah, bersikap baik bukan berarti lemah.

Rabu, 29 Mei 2013

KEJAHATAN YANG TERSIMPAN


"Did you know, sir? Then?" - Harry (Apakah Anda tahu, Prof.? Setelah saat itu?)
"Did I know I'd just met the most dangerous Dark wizard of all time? No." - Dumbledore (Apakah aku tahu bahwa aku baru saja bertemu dengan penyihir hitam paling barbahaya sepanjang masa? Tidak.)

Saya yakin bahwa tidak ada satu orangpun yang berharap atau membayangkan anak-anaknya, keluarganya, sahabatnya, kelak menjadi penjahat. Semua orang memiliki harapan dan bayangan yang baik untuk orang-orang yang dikasihinya. Hal yang sama saya rasa juga ada dalam diri Dumbledore, dia pasti mengharapkan yang terbaik untuk anak-anak didiknya atau calon-calon anak didiknya, termasuk Tom Riddle. Akan tetapi, apa daya Dumbledore? Ia tidak sanggup menahan kejahatan yang ada dalam diri Tom kecil yang semakin besar, matang, dan berbuah petaka itu. Ia hanya tahu bahwa ia akan membawa Tom ke tempat yang tepat untuknya mengendalikan kekuatan sihirnya.

Karakter dan sifat kita dibentuk oleh dua sisi yang saling berlawanan. Ada yang mengatakan sisi gelap dan terang, baik dan jahat. Apapun sebutannya, kedua sisi itu berusaha untuk saling mengalahkan, dalam hati dan pikiran kita. Sisi mana yang menang, itulah yang akan dinyatakan lewat tutur kata, tingkah laku, dan kepribadian kita. Hanya saja, sisi manapun itu, kita berkuasa untuk menaklukkannya atau membiarkannya menguasai kita. Jika sifat-sifat yang baik kita utamakan, sifat-sifat selain itu akan berkurang. Tetapi jika kita membiarkan sifat-sifat buruk berkuasa, kebaikan dalam diri kita akan sulit menang.

Dalam perjalanan hidupnya, Tom kecil tumbuh dengan membiarkan rasa sepi dan masa lalu menguasai dirinya. Ia memilih untuk menikmati kejayaan dan kekuatan dengan mencarinya. Ia membuat dirinya sendiri terjebak dalam kekuatan hitam. Lalu, apakah kita akan mengikuti jejaknya?

Sekalipun ada niat jahat dalam hati, kecenderungan untuk memikirkan dan melakukan yang salah, kita tetap dapat memilih untuk menjadi baik. Kita bisa menekan niatan dan sifat-sifat buruk itu agar tidak muncul ke permukaan. Kita bisa melatih diri kita sendiri, atau meminta bantuan orang-orang terdekat kita. Pergaulan yang baik akan menolong kita untuk menjadi orang yang lebih baik. Jadi, sekarang, pahamilah "kejahatan" yang tersimpan dalam diri, dan kalahkanlah itu, sebelum ia bertumbuh dan berbuah petaka.

Minggu, 26 Mei 2013

PUKULAN PENUH ARTI


"She's only interested in you because she thinks you're the Chosen One!" - Hermione (Ia tertarik padamu hanya karena kau adalah Yang Terpilih!)
"But I am the chosen one!" - Harry (Tapi, aku memang Yang Terpilih!)

Adegan ini sempat membuat saya geli. Saya tahu Harry memberikan jawaban spontan saja, tapi saya sangat setuju jika Hermione memukulnya. Karena jika tidak, saya sendiri yang akan melakukannya. :)

Menjadi Yang Terpilih memang adalah tugas besar dan tentu saja, kehormatan besar. Siapapun orangnya, dia pasti merasa bangga dan terhormat. Orang-orang yang mengenalnya, pasti juga turut bangga. Tetapi, memiliki sabahat yang baik adalah harta yang tak ternilai lainnya yang patut dibanggakan. Karena selain menjadi teman yang setia, sahabat juga akan meluruskan jalan kita ketika kita mulai menyimpang. Itulah yang berusaha dilakukan Hermione. Sekalipun semua orang sudah tahu bahwa Harry adalah Yang Terpilih, tapi Hermione tidak mau sahabatnya itu sombong dan meninggikan diri. Itulah hasilnya... buku Hermione akhirnya mendarat di kepala Harry.

Jika sahabat dan orang-orang dekat kita "memukul" kita, cobalah mengintrospeksi diri. Jangan terburu-buru murka atau membalas, melainkan pikirkan sejenak, kesalahan apa yang sudah kita buat? Orang-orang yang menyayangi kita akan memukul untuk satu tujuan, tujuan baik tentunya. Mereka tidak ingin kita salah jalan, makanya mereka merasa perlu melakukannya. Saat itu terjadi, lihatlah pukulan itu sebagai bentuk kasih sayang mereka kepada kita, karena bisa jadi, kalau mereka tidak memukul kita, kita akan "kebablasan."

JANGAN DIKALAHKAN OLEH MASALAH


"You think I don't know how this feels?" - Harry (Kaupikir aku tidak tahu bagaimana rasanya?)
"No, you don't know how it feels! Your parents are dead! You have no family!" - Ron (Tidak, kau tidak tahu sama sekali. Orang tuamu sudah mati! Kau tidak punya keluarga!)

Pertengkaran dalam suatu hubungan adalah sesuatu yang mungkin sekali terjadi. Perbedaan pendapat dan pandangan seringkali memicu ketegangan dan adu argumentasi. Saat ini terjadi, hubungan kita sebenarnya sedang diuji. Apakah pertengkaran itu akan terus-menerus berlanjut dan membuat hubungan itu dingin? Ataukah kita memilih untuk saling menginstropeksi diri dan belajar untuk melupakan dan memaafkan?

Sebagai sahabat, saya yakin Harry, Ron, maupun Hermione juga tidak luput dari pertengkaran. Namun, situasi yang satu ini cukup membuat kita khawatir. Pasalnya, Ron sempat meninggalkan kedua sahabatnya itu, justru di saat yang sangat genting dan membahayakan, di mana kesatuan mereka sangat dibutuhkan. Selain itu, penyebab perdebatan Harry dan Ron mungkin memang dipengaruhi oleh tekanan situasi, namun yang sebenarnya sebagian besar dipengaruhi oleh kalung Horcrux yang dikenakan Ron.

Kita tahu bahwa Horcrux memberi pengaruh buruk bagi mereka yang berada di dekatnya. Contoh jelasnya ya kalung itu. Saat ketiga sahabat itu mengenakannya, efek yang ditimbulkan hampir sama; ketiganya merasa lelah, putus asa, hilang harapan, mudah emosi, seolah hati dipenuhi dengan kekuatiran dan hal-hal negatif lainnya. Hanya saja, kalung itu bereaksi lebih besar kepada Ron. Karena apa? Karena dalam hati, Ron sudah menumpuk dan menyimpan banyak hal, hal-hal yang membuatnya gundah dan tidak dapat ia ungkapkan kepada orang lain, termasuk sahabat-sahabatnya. Hal-hal itulah yang kemudian digunakan Horcrux untuk menyerang Ron, membuatnya lemah dan penuh amarah.

Apa yang sedang menguji hubungan-hubungan kita? Apakah itu faktor dari luar atau faktor dari dalam? Apapun itu, apakah kita akan membiarkannya berlarut-larut dan membuat hubungan kita hancur? Untungnya, Ron segera menyadari apa yang terjadi dan memutuskan untuk kembali kepada sahabat-sahabatnya. Dia tahu bahwa mereka sedang membutuhkannya. Sekarang, kita harus menyelesaikan masalah kita, dan kembali kepada orang-orang di sekitar kita. Jangan dikalahkan oleh faktor-faktor. Terbukalah dengan orang-orang sekitar agar hal-hal yang menumpuk di hati tidak menggunung dan akhirnya meletus serta menghasilkan kehancuran.

SAHABAT YANG BERHARGA


Apakah kita mempunyai sahabat yang biasa-biasa saja? Orang biasa, tidak ada yang istimewa darinya, namun begitu setia kawan? Dobby, peri "budak" rumah, memberi gambaran tentang seorang sahabat yang bisa kita temukan dari "mereka" yang kelihatannya biasa-biasa saja, akan tetapi begitu setia kepada kawan-kawannya.

Sebagai peri rumah, Dobby adalah satu dari sekian banyak peri rumah yang diperlakukan semena-mena oleh majikannya. Tinggal di kediaman Malfoy adalah satu hal yang mungkin sangat menyengsarakan hidupnya. Ya, kalau keluarga majikannya itu baik... tapi, Malfoy??? Sulit untuk membayangkan ada kebaikan dalam keluarga ini.

Meskipun demikian, Dobby yang mendengar tentang kembalinya Harry Potter, dan mungkin sadar bahwa ialah the chosen one (yang terpilih), memutuskan untuk melindungi Harry dari rencana jahat Lucius Malfoy - walau itu berarti ia akan mendapat hukuman berat jika majikannya tahu apa yang dilakukannya. Untunglah, kecerdikan Harry membebaskannya dari ikatan sebagai peri rumah, dan kebaikan hati Harry membuatnya merasa diterima, merasa dihargai, sebagai teman.

Sewaktu Dobby tewas di tangan Bellatrix Lestrange, saya tidak dapat membendung air mata saya. Mendengarnya mensyukuri bahwa ia punya teman, Harry dan yang lainnya, saya tahu bahwa ia pergi dengan perasaan bahagia.

Kita bisa memiliki banyak kawan dan sahabat. Yang harus kita lakukan adalah menjadi orang yang berhati luas dan selalu terbuka. Ketika kita tidak memilih-milih kawan, satu saat kita akan menemukan sahabat-sahabat yang begitu mengasihi kita dan selalu ada di samping kita dalam segala keadaan, bahkan keadaan tersulit sekalipun. Tidak peduli mereka dari kalangan atas, bawah, atau menengah, sahabat tetaplah sahabat.

"Dobby has no master! Dobby is a free elf and Dobby has come to save Harry Potter and his friends!" - Dobby (Dobby tidak punya majikan! Dobby adalah peri yang merdeka dan Dobby datang untuk menyelamatkan Harry Potter dan teman-temannya!)

Sabtu, 25 Mei 2013

SELALU SETIA


"Lily? After all this time?" - Dumbledore (Lily? Jadi selama ini?)
"Always." - Snape (Selalu... aku selalu mencintainya)

Prof. Severus Snape, profesor yang membuat saya ngeri pertama kali saya melihatnya. Dalam hati saya berpikir, "Ih, pasti ini dia penjahatnya!" (Maklum, pertama kali melihat film Harry Potter, saya justru belum membaca novelnya.) Bagaimana saya tidak mengira demikian? Lha wong, wajahnya yang sedingin gunung es dan tatapannya yang penuh "arti" pada Harry itu membuat saya merinding.

Tapi, di sinilah pepatah "Don't judge a book from it's cover" (jangan melihat sesuatu/seseorang dari luarnya) terbukti. Saya ternyata salah besar. Snape adalah salah satu tokoh protagonis lainnya, bahkan cintanya yang tak pernah mati kepada Lily, ibu Harry itu membuat saya tersentuh.

Memang, dahulu Snape adalah death eater (pelahap maut), tapi cinta merubahnya untuk melindungi orang yang dicintainya. Ia lebih memilih Lily dan berusaha menyelamatkannya dari Tom Riddle dengan bantuan Dumbledore. Sekalipun dari awal Harry sering salah paham terhadapnya, dan cinta Snape baru terlihat olehnya lewat kematian di sekuel terakhir, tapi tetap saja, Snape akan selalu mencintai Lily.

Kita seringkali menghakimi orang lewat penampilan luar mereka, berpikir negatif terhadap orang tersebut karena tampangnya yang tidak biasa. Tapi, tidak semua penampilan luar itu membuktikan diri mereka yang sebenarnya. Bisa jadi mereka orang yang baik dan layak untuk kita hormati.

Menjadi setia dalam hidup juga bukan hal yang mudah. Kita bisa saja lemah karena ternyata banyak yang tidak menghargai kesetiaan kita. Tapi, untuk itulah masalah dan penolakan, untuk menguji apakah satu kesetiaan dapat disebut sebagai kesetiaan?

Saya bangga karena Snape memilih hal yang benar. Di luar cinta tersembunyinya, ia tetap memilih untuk membantu Harry dan melindunginya dari Voldemort. Kita juga bisa memilih untuk melakukan apa yang benar. Namun jangan kaget jika ujian dan cobaan sudah menanti. Tetaplah untuk SELALU di pihak yang benar.

Jumat, 24 Mei 2013

PERTOLONGAN UNTUK YANG BERHAK


"Help will always be given at Hogwarts to those who deserve it." Prof. Dumbledore (Pertolongan akan selalu diberikan di Hogwart kepada mereka yang berhak.)

Masih ingatkah Anda dengan kata-kata di atas? Ya, kata-kata tersebut dibuktikan dengan segala yang pernah terjadi di Hogwarts. Pertolongan selalu ada bagi mereka yang berhak. Padahal, sebelumnya Prof. Dumbledore pernah mengatakan hal yang serupa kepada Harry, "Pertolongan akan selalu diberikan di Hogwarts kepada mereka yang memintanya." Lihat, serupa tapi tak sama, kan?

Mengingat segala kisah yang terjadi pada Harry (atau teman-temannya yang lain), adalah satu hal yang membuat kita yang melihat, berpikir, "Ya, Harry pasti menanglah, dia kan tokoh utamanya." Tapi, segala bantuan yang diterima Harry dan membuatnya selamat sempat membuat saya berpikir, "Apakah Dumbledore tahu masa depan dan masa lalu ya, sehingga semuanya seolah dimudahkan untuk Harry, atau memang ditujukan untuk membantu Harry?"

Dalam hidup ini, kita adalah tokoh utama dari kehidupan kita sendiri. Masalah akan datang silih berganti, tapi bagi yang percaya dengan akhir cerita yang baik, akan berpikir, "Aku pasti bisa melalui semuanya ini dan menjadi pemenangnya, karena akulah tokoh utamanya."

Kita yang percaya bahwa ada kuasa yang menciptakan dunia dan hidup kita, juga bisa percaya bahwa akan selalu pertolongan saat kita meminta, khususnya saat kita berhak mendapatkannya. Kita hanya perlu bertindak seperti Harry, memilih yang benar, berani melakukan yang benar. Hogwarts kita, yaitu Penguasa hidup kita, akan selalu ada buat kita.

Sekali lagi, hidup tidak akan pernah mudah, tapi kita akan selalu mendapatkan pertolongan yang berhak kita terima saat kita melakukan kebaikan. Jadi, jangan pernah berhenti untuk hal-hal yang baik.

Kamis, 23 Mei 2013

PERBEDAAN MEMBUATNYA INDAH


Kalau ada pertanyaan, "Apakah persahabatan mengenal adanya perbedaan?" maka jawaban yang akan diberikan Harry Potter, Ronald Weasley, dan Hermione Granger adalah "TIDAK!!!" Buktinya apa? Ya... persahabatan mereka bertigalah buktinya.

Harry yang "berdarah penyihir namun terbiasa hidup sebagai muggle (manusia biasa)," bertemu dengan Ron yang berasal dari keluarga penyihir dan Hermione yang adalah keturunan muggle. Dia masuk Hogwart tanpa tahu dasar-dasar pendidikan sihir, akhirnya mengenal Ron yang tahu dan Hermione yang jenius dalam hal sihir. Dia yang berjiwa pemimpin dan pemberani, kemudian akrab dengan Ron yang sedikit penakut namun setia kawan dan sesekali brilian, juga Hermione yang kutu buku dan cenderung judes.

Ketika Harry dan Ron pertama kali bertemu di peron 3 1/4, mereka saling melempar senyum. (Itu sudah jadi awal untuk keduanya berteman.) Waktu di kereta api, Harry juga tidak "pelit" kepada Ron; ia membelikan teman barunya itu banyak sekali makanan. (Itu juga poin yang baik untuk pertemanan yang baik dapat terjalin. Meski, bukan berarti kita harus boros atau memaksa diri "nraktir" demi bisa dapat teman; selain baik, Harry 'kan punya banyak uang peninggalan orang tuanya.) Setelah bertemu Hermione beberapa kali dengan sikap judes dan kejeniusannya yang "nyelekit," Harry ahirnya tahu bahwa temannya itu baik hati dan dapat diandalkan.

Wah, wah, wah... beda sekali mereka!!! Tapi kok bisa sahabatan sampai yang segitunya, ya?

Sekalipun sangat berbeda, baik karakter, keunikan, maupun latar belakang, namun ketiganya tidak menjadikan perbedaan itu alasan untuk tidak saling menerima. Kata orang, sahabat itu harus harus dicari dan diuji oleh waktu, bukannya ditemukan dalam waktu singkat. Meskipun berbeda, asalkan ada rasa saling menghormati, terbuka, dan menerima, maka perbedaan justru akan menjadi keindahan dalam kebersamaan. Kekurangan yang satu diperbaiki oleh kelebihan yang lain. Semuanya saling mengisi satu sama lain.

Apakah persahabatan kita didasarkan pada hal yang salah? (kekayaan, kebiasaan buruk, hobi yang tidak berguna) Jika ya, kita harus merubah motif kita dalam bersahabat. Bersahabatlah dengan teman-teman yang baik dan dapat melengkapi diri Anda. Sahabat-sahabat Anda mungkin sangat berbeda dengan Anda, tapi sadarilah bahwa mereka dan Anda saling mengisi; terpisah bagaimanapun, rasa sayang dan perhatian tetap menyatukan semuanya kembali.

PERSAHABATAN SEJATI


Harry Potter karya J.K. Rowling adalah salah satu buku terlaris yang pernah ada. Ketujuh buku yang menceritakan tentang tokoh utama, Harry Potter (Daniel Radcliffe), dan dua sahabat baiknya Ronald Weasley (Rupert Grint) serta Hermione Granger (Emma Watson) ini sudah berhasil menarik perhatikan banyak orang di seluruh dunia. Adakah novel dengan seri yang lebih banyak dan kesuksesan yang lebih besar yang dapat menandinginya? Kita tunggu saja.

Di luar pembahasan tentang hal di atas, di luar adegan-adegan sihir yang dianggap tabu, najis, bahkan sesat, juga di luar banyaknya orang yang tidak menyukai novel maupun film ini (beberapa di antara mereka adalah teman-teman baik saya - entah karena alasan apa mereka tidak menyukainya seperti saya), saya ingin kita melihat banyak hal baik dan positif yang disajikan oleh novel fiksi ini, salah satunya adalah persahabatan ketiga tokoh utama tersebut.

Ada banyak poin persahabatan sejati yang bisa kita lihat, baik dari Harry, Ron, maupun Herminone. Harry yang mulai menyadari bahwa dirinya yang terpilih, bahwa dirinyalah yang pada akhirnya harus menghadapi Lord Voldemort, seringkali ingin bertindak seorang diri. Bukan karena sombong atau apa, tapi karena ia ingin melindungi sahabat-sahabat dan orang-orang di sekitarnya.

Mengenal sifat baik sahabat mereka itu, Ron dan Hermione sering mengingatkannya, "You, need us" (kau membutuhkan kami). Tidak berhenti sampai pada kata-kata, persahabatan mereka berlanjut pada tindakan untuk selalu ada dan saling membantu satu sama lain, pada saat tersulit sekalipun, yaitu saat nyawa juga harus dipertaruhkan.

Bukankah persahabatan itu sangat ideal? Selalu bersama, bahkan saat tangis dan duka, tidak pernah meninggalkan, juga tidak pernah merasa ditinggalkan? Persahabatan seharusnya memang seperti itu, bukan? Selalu ada untuk mereka yang kita panggil sahabat dan tidak membiarkan mereka sendirian.

Apakah Anda punya sahabat? Apakah persahabatan Anda berjalan seperti persahabatan yang "seharusnya"? Jika tidak, introspeksi kembali persahabatan kita. Apakah kita bersahabat hanya di saat senang, cukup, situasi baik, dan sejenisnya? Jika ya, jangan putuskan dahulu hubungan Anda dengan sahabat-sahabat Anda, tapi tunjukkanlah terlebih dahulu bentuk persahabatan yang "seharusnya" diawali dengan Anda.