Seorang
sahabat pernah berkata kepada saya, “Kita tidak akan pernah dapat mengenal seseorang
sepenuhnya, meski satu abad kita habiskan bersama orang tersebut.” Antara benar
atau tidak benar, saya merasa perkataan sahabat saya tersebut sesuai dengan
kenyataan. Saya pribadi yang sudah bersahabat sekian tahun, masih saja terkejut
dengan sikap atau karakter baru yang ditunjukkan oleh para sahabat saya. “Ya
ampun, ternyata kamu ini orangnya begini ya?”
Hal
yang sama mungkin juga dirasakan oleh Shin Ji Hyun terhadap Shin In Jung.
Sahabat yang dikasihinya sejak masa-masa sekolah itu, bahkan yang sempat
tinggal serumah dengannya selama beberapa waktu, seolah seperti orang lain.
Kalau kecelakaan tidak dialaminya dan ia tidak koma, ia mungkin tidak akan segera
tahu bahwa sahabatnya itu sudah mengkhianatinya, bahkan hendak menghancurkan
keluarganya.
Namun,
bagaimanapun marah dan kecewanya Ji Hyun, saya senang ia tidak menyesali
kebaikannya kepada In Jung. Baginya, In Jung tetaplah sahabatnya. Yang ia
sesali mungkin mengapa kebaikan dan ketulusannya kepada In Jung bukannya
memupuk kasih sayang, justru kedengkian dan kebencian.
Yang
namanya persahabatan pasti akan diperhadapkan dengan masalah. Karakter dan hati
satu sama lain akan diuji, dan persahabatan sejati sajalah yang akan bertahan.
Ketulusan Ji Hyun kepada In Jung bukankah kemudian berbuah manis? Sahabatnya
itu mengakui kesalahannya dan menyadari bahwa sesungguhnya ia juga menyayangi Ji
Hyun. In Jung bahkan terbukti menjadi orang ketiga yang memberikan air mata 100
% murni baginya.
Tidak
peduli ujian apa yang menimpa persahabatan kita, asalkan kita tulus mengasihi
satu sama lain, buah yang manis pasti akan kita alami juga. ^ ^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar