Jumat, 31 Mei 2013

LAYAK UNTUK DIPERJUANGKAN


"Even though we've got a fight ahead of us, we've got one thing that Voldemort doesn't have...something worth fighting for." - Harry (Sekalipun pertempuran sedang menanti kita, kita punya sesuatu yang tidak dimiliki Voldemort...sesuatu yang layak untuk diperjuangkan.)

Masa-masa gelap ada di depan mata. Voldemort sudah kembali dan pertempuran besar akan segera terjadi. Perasaan Harry semakin bercampur aduk, karena "koneksinya" dengan Voldemort semakin terbuka. Ia selalu saja merasa kesal dan penuh amarah, tanpa alasan. Dan semua itu ternyata berhubungan dengan dirinya yang adalah Horcrux ketujuh Voldemort.

Ketika Harry "dipenetrasi" oleh Voldemort, saya seolah bisa merasakan apa yang Harry rasakan. Kemarahan, kebencian, rasa kehilangan yang besar akan Sirius dan orang tuanya, kesepian... semua bercampur menjadi satu, memaksanya untuk "meledak," dipenuhi oleh keinginan untuk membalas dendam dan, membunuh. Itulah yang dimanfaatkan oleh Voldemort untuk menguasainya, dan dikiranya akan berhasil. Tapi, Voldemort salah.

Harry mengingat kembali rasa cinta dari orang-orang terdekatnya. Harry sadar ia tidak pernah sendiri. Itu membuatnya lebih kuat untuk melawan, untuk mengalahkan perasaan benci dan sepi itu, juga untuk membungkam Voldemort. Ia tahu bahwa cinta dan persahabatan lebih kuat dari perasaan apapun, dan itu pantas untuk dipertahankan. Voldemort mungkin seorang ahli ilmu hitam dengan banyak pengikut, tapi jauh dalam hati ia kesepian dan marah, dan orang-orang mengikutinya atas dasar rasa takut, bukan cinta ataupun kesetiaan.

Hati kita bisa saja dipenuhi amarah, tapi ingatlah akan mereka yang mengasihi kita. Bukalah hati untuk keluarga, rekan, dan sahabat. Penuhi hidup dengan cinta dan kasih, dari situlah kita tidak akan pernah merasa sepi dan sunyi. Jangan melarikan diri dan hidup seorang diri saja. Ada hal-hal yang pantas diperjuangkan dalam hidup, karenanya... carilah!

Kamis, 30 Mei 2013

BUKAN ORANG YANG LEMAH


"You're the weak one. And you'll never know love...or friendship. And I feel sorry for you." - Harry (Kaulah yang lemah. Kau tidak akan pernah tahu yang namanya cinta...atau persabahatan, dan aku merasa kasihan padamu.)
"You're a fool Harry Potter…and you will lose...everything." - Voldemort (Kau bodoh Harry Potter... dan kau akan kehilangan...segalanya.)

Bagi Voldemort, harta berarti kekuasaan, ketenaran, pengikut. Dan di hadapannya, Harry Potter adalah orang bodoh, yang lemah, dan tidak punya kuasa ataupun keberanian untuk melawan.

Harry mungkin memang bodoh. Ia tidak bisa membalas ketika Bellatrix membunuh ayah baptisnya, Sirius. Namun, justru di situlah kekuatan Harry. Rasa belas kasihan dan ketidakmampuannya untuk melakukan apa yang akan Voldemort lakukan justru membuatnya mampu mengendalikan diri dan mengenyahkan Voldemort dari pikirannya. Ia tahu bahwa ada hal yang lebih berharga untuk dibela ketimbang balas dendam. Teman-teman dan orang-orang yang ada untuk dirinya, merekalah hartanya yang berharga.

Orang mungkin menganggap kita lemah karena kita tidak tahu cara untuk membela diri, memperjuangkan hak-hak kita. Kita dianggap terlalu baik sehingga orang dengan sesuka hati mempermainkan kita. Akan tetapi, kebaikan bukanlah kelemahan, karena selalu ada hal baik yang dibuahkan oleh kebaikan.

Saat kita merasa tidak memiliki kemampuan untuk membalas, untuk protes, untuk melawan, bukan berarti kita lemah. Ada waktunya untuk hal-hal itu, dan seringkali bukan kita yang mengadakannya. Bukankah ada kuasa tak terlihat yang mengatur waktu dan melihat segala sesuatu? Kuasa itulah yang akan mengadakan, entah itu karma, hukum tabur tuai, ataukah hukum sebab dan akibat. Yang pasti, mengalah bukan berarti kalah, bersikap baik bukan berarti lemah.

Rabu, 29 Mei 2013

KEJAHATAN YANG TERSIMPAN


"Did you know, sir? Then?" - Harry (Apakah Anda tahu, Prof.? Setelah saat itu?)
"Did I know I'd just met the most dangerous Dark wizard of all time? No." - Dumbledore (Apakah aku tahu bahwa aku baru saja bertemu dengan penyihir hitam paling barbahaya sepanjang masa? Tidak.)

Saya yakin bahwa tidak ada satu orangpun yang berharap atau membayangkan anak-anaknya, keluarganya, sahabatnya, kelak menjadi penjahat. Semua orang memiliki harapan dan bayangan yang baik untuk orang-orang yang dikasihinya. Hal yang sama saya rasa juga ada dalam diri Dumbledore, dia pasti mengharapkan yang terbaik untuk anak-anak didiknya atau calon-calon anak didiknya, termasuk Tom Riddle. Akan tetapi, apa daya Dumbledore? Ia tidak sanggup menahan kejahatan yang ada dalam diri Tom kecil yang semakin besar, matang, dan berbuah petaka itu. Ia hanya tahu bahwa ia akan membawa Tom ke tempat yang tepat untuknya mengendalikan kekuatan sihirnya.

Karakter dan sifat kita dibentuk oleh dua sisi yang saling berlawanan. Ada yang mengatakan sisi gelap dan terang, baik dan jahat. Apapun sebutannya, kedua sisi itu berusaha untuk saling mengalahkan, dalam hati dan pikiran kita. Sisi mana yang menang, itulah yang akan dinyatakan lewat tutur kata, tingkah laku, dan kepribadian kita. Hanya saja, sisi manapun itu, kita berkuasa untuk menaklukkannya atau membiarkannya menguasai kita. Jika sifat-sifat yang baik kita utamakan, sifat-sifat selain itu akan berkurang. Tetapi jika kita membiarkan sifat-sifat buruk berkuasa, kebaikan dalam diri kita akan sulit menang.

Dalam perjalanan hidupnya, Tom kecil tumbuh dengan membiarkan rasa sepi dan masa lalu menguasai dirinya. Ia memilih untuk menikmati kejayaan dan kekuatan dengan mencarinya. Ia membuat dirinya sendiri terjebak dalam kekuatan hitam. Lalu, apakah kita akan mengikuti jejaknya?

Sekalipun ada niat jahat dalam hati, kecenderungan untuk memikirkan dan melakukan yang salah, kita tetap dapat memilih untuk menjadi baik. Kita bisa menekan niatan dan sifat-sifat buruk itu agar tidak muncul ke permukaan. Kita bisa melatih diri kita sendiri, atau meminta bantuan orang-orang terdekat kita. Pergaulan yang baik akan menolong kita untuk menjadi orang yang lebih baik. Jadi, sekarang, pahamilah "kejahatan" yang tersimpan dalam diri, dan kalahkanlah itu, sebelum ia bertumbuh dan berbuah petaka.

Minggu, 26 Mei 2013

PUKULAN PENUH ARTI


"She's only interested in you because she thinks you're the Chosen One!" - Hermione (Ia tertarik padamu hanya karena kau adalah Yang Terpilih!)
"But I am the chosen one!" - Harry (Tapi, aku memang Yang Terpilih!)

Adegan ini sempat membuat saya geli. Saya tahu Harry memberikan jawaban spontan saja, tapi saya sangat setuju jika Hermione memukulnya. Karena jika tidak, saya sendiri yang akan melakukannya. :)

Menjadi Yang Terpilih memang adalah tugas besar dan tentu saja, kehormatan besar. Siapapun orangnya, dia pasti merasa bangga dan terhormat. Orang-orang yang mengenalnya, pasti juga turut bangga. Tetapi, memiliki sabahat yang baik adalah harta yang tak ternilai lainnya yang patut dibanggakan. Karena selain menjadi teman yang setia, sahabat juga akan meluruskan jalan kita ketika kita mulai menyimpang. Itulah yang berusaha dilakukan Hermione. Sekalipun semua orang sudah tahu bahwa Harry adalah Yang Terpilih, tapi Hermione tidak mau sahabatnya itu sombong dan meninggikan diri. Itulah hasilnya... buku Hermione akhirnya mendarat di kepala Harry.

Jika sahabat dan orang-orang dekat kita "memukul" kita, cobalah mengintrospeksi diri. Jangan terburu-buru murka atau membalas, melainkan pikirkan sejenak, kesalahan apa yang sudah kita buat? Orang-orang yang menyayangi kita akan memukul untuk satu tujuan, tujuan baik tentunya. Mereka tidak ingin kita salah jalan, makanya mereka merasa perlu melakukannya. Saat itu terjadi, lihatlah pukulan itu sebagai bentuk kasih sayang mereka kepada kita, karena bisa jadi, kalau mereka tidak memukul kita, kita akan "kebablasan."

JANGAN DIKALAHKAN OLEH MASALAH


"You think I don't know how this feels?" - Harry (Kaupikir aku tidak tahu bagaimana rasanya?)
"No, you don't know how it feels! Your parents are dead! You have no family!" - Ron (Tidak, kau tidak tahu sama sekali. Orang tuamu sudah mati! Kau tidak punya keluarga!)

Pertengkaran dalam suatu hubungan adalah sesuatu yang mungkin sekali terjadi. Perbedaan pendapat dan pandangan seringkali memicu ketegangan dan adu argumentasi. Saat ini terjadi, hubungan kita sebenarnya sedang diuji. Apakah pertengkaran itu akan terus-menerus berlanjut dan membuat hubungan itu dingin? Ataukah kita memilih untuk saling menginstropeksi diri dan belajar untuk melupakan dan memaafkan?

Sebagai sahabat, saya yakin Harry, Ron, maupun Hermione juga tidak luput dari pertengkaran. Namun, situasi yang satu ini cukup membuat kita khawatir. Pasalnya, Ron sempat meninggalkan kedua sahabatnya itu, justru di saat yang sangat genting dan membahayakan, di mana kesatuan mereka sangat dibutuhkan. Selain itu, penyebab perdebatan Harry dan Ron mungkin memang dipengaruhi oleh tekanan situasi, namun yang sebenarnya sebagian besar dipengaruhi oleh kalung Horcrux yang dikenakan Ron.

Kita tahu bahwa Horcrux memberi pengaruh buruk bagi mereka yang berada di dekatnya. Contoh jelasnya ya kalung itu. Saat ketiga sahabat itu mengenakannya, efek yang ditimbulkan hampir sama; ketiganya merasa lelah, putus asa, hilang harapan, mudah emosi, seolah hati dipenuhi dengan kekuatiran dan hal-hal negatif lainnya. Hanya saja, kalung itu bereaksi lebih besar kepada Ron. Karena apa? Karena dalam hati, Ron sudah menumpuk dan menyimpan banyak hal, hal-hal yang membuatnya gundah dan tidak dapat ia ungkapkan kepada orang lain, termasuk sahabat-sahabatnya. Hal-hal itulah yang kemudian digunakan Horcrux untuk menyerang Ron, membuatnya lemah dan penuh amarah.

Apa yang sedang menguji hubungan-hubungan kita? Apakah itu faktor dari luar atau faktor dari dalam? Apapun itu, apakah kita akan membiarkannya berlarut-larut dan membuat hubungan kita hancur? Untungnya, Ron segera menyadari apa yang terjadi dan memutuskan untuk kembali kepada sahabat-sahabatnya. Dia tahu bahwa mereka sedang membutuhkannya. Sekarang, kita harus menyelesaikan masalah kita, dan kembali kepada orang-orang di sekitar kita. Jangan dikalahkan oleh faktor-faktor. Terbukalah dengan orang-orang sekitar agar hal-hal yang menumpuk di hati tidak menggunung dan akhirnya meletus serta menghasilkan kehancuran.

SAHABAT YANG BERHARGA


Apakah kita mempunyai sahabat yang biasa-biasa saja? Orang biasa, tidak ada yang istimewa darinya, namun begitu setia kawan? Dobby, peri "budak" rumah, memberi gambaran tentang seorang sahabat yang bisa kita temukan dari "mereka" yang kelihatannya biasa-biasa saja, akan tetapi begitu setia kepada kawan-kawannya.

Sebagai peri rumah, Dobby adalah satu dari sekian banyak peri rumah yang diperlakukan semena-mena oleh majikannya. Tinggal di kediaman Malfoy adalah satu hal yang mungkin sangat menyengsarakan hidupnya. Ya, kalau keluarga majikannya itu baik... tapi, Malfoy??? Sulit untuk membayangkan ada kebaikan dalam keluarga ini.

Meskipun demikian, Dobby yang mendengar tentang kembalinya Harry Potter, dan mungkin sadar bahwa ialah the chosen one (yang terpilih), memutuskan untuk melindungi Harry dari rencana jahat Lucius Malfoy - walau itu berarti ia akan mendapat hukuman berat jika majikannya tahu apa yang dilakukannya. Untunglah, kecerdikan Harry membebaskannya dari ikatan sebagai peri rumah, dan kebaikan hati Harry membuatnya merasa diterima, merasa dihargai, sebagai teman.

Sewaktu Dobby tewas di tangan Bellatrix Lestrange, saya tidak dapat membendung air mata saya. Mendengarnya mensyukuri bahwa ia punya teman, Harry dan yang lainnya, saya tahu bahwa ia pergi dengan perasaan bahagia.

Kita bisa memiliki banyak kawan dan sahabat. Yang harus kita lakukan adalah menjadi orang yang berhati luas dan selalu terbuka. Ketika kita tidak memilih-milih kawan, satu saat kita akan menemukan sahabat-sahabat yang begitu mengasihi kita dan selalu ada di samping kita dalam segala keadaan, bahkan keadaan tersulit sekalipun. Tidak peduli mereka dari kalangan atas, bawah, atau menengah, sahabat tetaplah sahabat.

"Dobby has no master! Dobby is a free elf and Dobby has come to save Harry Potter and his friends!" - Dobby (Dobby tidak punya majikan! Dobby adalah peri yang merdeka dan Dobby datang untuk menyelamatkan Harry Potter dan teman-temannya!)

Sabtu, 25 Mei 2013

SELALU SETIA


"Lily? After all this time?" - Dumbledore (Lily? Jadi selama ini?)
"Always." - Snape (Selalu... aku selalu mencintainya)

Prof. Severus Snape, profesor yang membuat saya ngeri pertama kali saya melihatnya. Dalam hati saya berpikir, "Ih, pasti ini dia penjahatnya!" (Maklum, pertama kali melihat film Harry Potter, saya justru belum membaca novelnya.) Bagaimana saya tidak mengira demikian? Lha wong, wajahnya yang sedingin gunung es dan tatapannya yang penuh "arti" pada Harry itu membuat saya merinding.

Tapi, di sinilah pepatah "Don't judge a book from it's cover" (jangan melihat sesuatu/seseorang dari luarnya) terbukti. Saya ternyata salah besar. Snape adalah salah satu tokoh protagonis lainnya, bahkan cintanya yang tak pernah mati kepada Lily, ibu Harry itu membuat saya tersentuh.

Memang, dahulu Snape adalah death eater (pelahap maut), tapi cinta merubahnya untuk melindungi orang yang dicintainya. Ia lebih memilih Lily dan berusaha menyelamatkannya dari Tom Riddle dengan bantuan Dumbledore. Sekalipun dari awal Harry sering salah paham terhadapnya, dan cinta Snape baru terlihat olehnya lewat kematian di sekuel terakhir, tapi tetap saja, Snape akan selalu mencintai Lily.

Kita seringkali menghakimi orang lewat penampilan luar mereka, berpikir negatif terhadap orang tersebut karena tampangnya yang tidak biasa. Tapi, tidak semua penampilan luar itu membuktikan diri mereka yang sebenarnya. Bisa jadi mereka orang yang baik dan layak untuk kita hormati.

Menjadi setia dalam hidup juga bukan hal yang mudah. Kita bisa saja lemah karena ternyata banyak yang tidak menghargai kesetiaan kita. Tapi, untuk itulah masalah dan penolakan, untuk menguji apakah satu kesetiaan dapat disebut sebagai kesetiaan?

Saya bangga karena Snape memilih hal yang benar. Di luar cinta tersembunyinya, ia tetap memilih untuk membantu Harry dan melindunginya dari Voldemort. Kita juga bisa memilih untuk melakukan apa yang benar. Namun jangan kaget jika ujian dan cobaan sudah menanti. Tetaplah untuk SELALU di pihak yang benar.

Jumat, 24 Mei 2013

PERTOLONGAN UNTUK YANG BERHAK


"Help will always be given at Hogwarts to those who deserve it." Prof. Dumbledore (Pertolongan akan selalu diberikan di Hogwart kepada mereka yang berhak.)

Masih ingatkah Anda dengan kata-kata di atas? Ya, kata-kata tersebut dibuktikan dengan segala yang pernah terjadi di Hogwarts. Pertolongan selalu ada bagi mereka yang berhak. Padahal, sebelumnya Prof. Dumbledore pernah mengatakan hal yang serupa kepada Harry, "Pertolongan akan selalu diberikan di Hogwarts kepada mereka yang memintanya." Lihat, serupa tapi tak sama, kan?

Mengingat segala kisah yang terjadi pada Harry (atau teman-temannya yang lain), adalah satu hal yang membuat kita yang melihat, berpikir, "Ya, Harry pasti menanglah, dia kan tokoh utamanya." Tapi, segala bantuan yang diterima Harry dan membuatnya selamat sempat membuat saya berpikir, "Apakah Dumbledore tahu masa depan dan masa lalu ya, sehingga semuanya seolah dimudahkan untuk Harry, atau memang ditujukan untuk membantu Harry?"

Dalam hidup ini, kita adalah tokoh utama dari kehidupan kita sendiri. Masalah akan datang silih berganti, tapi bagi yang percaya dengan akhir cerita yang baik, akan berpikir, "Aku pasti bisa melalui semuanya ini dan menjadi pemenangnya, karena akulah tokoh utamanya."

Kita yang percaya bahwa ada kuasa yang menciptakan dunia dan hidup kita, juga bisa percaya bahwa akan selalu pertolongan saat kita meminta, khususnya saat kita berhak mendapatkannya. Kita hanya perlu bertindak seperti Harry, memilih yang benar, berani melakukan yang benar. Hogwarts kita, yaitu Penguasa hidup kita, akan selalu ada buat kita.

Sekali lagi, hidup tidak akan pernah mudah, tapi kita akan selalu mendapatkan pertolongan yang berhak kita terima saat kita melakukan kebaikan. Jadi, jangan pernah berhenti untuk hal-hal yang baik.

Kamis, 23 Mei 2013

PERBEDAAN MEMBUATNYA INDAH


Kalau ada pertanyaan, "Apakah persahabatan mengenal adanya perbedaan?" maka jawaban yang akan diberikan Harry Potter, Ronald Weasley, dan Hermione Granger adalah "TIDAK!!!" Buktinya apa? Ya... persahabatan mereka bertigalah buktinya.

Harry yang "berdarah penyihir namun terbiasa hidup sebagai muggle (manusia biasa)," bertemu dengan Ron yang berasal dari keluarga penyihir dan Hermione yang adalah keturunan muggle. Dia masuk Hogwart tanpa tahu dasar-dasar pendidikan sihir, akhirnya mengenal Ron yang tahu dan Hermione yang jenius dalam hal sihir. Dia yang berjiwa pemimpin dan pemberani, kemudian akrab dengan Ron yang sedikit penakut namun setia kawan dan sesekali brilian, juga Hermione yang kutu buku dan cenderung judes.

Ketika Harry dan Ron pertama kali bertemu di peron 3 1/4, mereka saling melempar senyum. (Itu sudah jadi awal untuk keduanya berteman.) Waktu di kereta api, Harry juga tidak "pelit" kepada Ron; ia membelikan teman barunya itu banyak sekali makanan. (Itu juga poin yang baik untuk pertemanan yang baik dapat terjalin. Meski, bukan berarti kita harus boros atau memaksa diri "nraktir" demi bisa dapat teman; selain baik, Harry 'kan punya banyak uang peninggalan orang tuanya.) Setelah bertemu Hermione beberapa kali dengan sikap judes dan kejeniusannya yang "nyelekit," Harry ahirnya tahu bahwa temannya itu baik hati dan dapat diandalkan.

Wah, wah, wah... beda sekali mereka!!! Tapi kok bisa sahabatan sampai yang segitunya, ya?

Sekalipun sangat berbeda, baik karakter, keunikan, maupun latar belakang, namun ketiganya tidak menjadikan perbedaan itu alasan untuk tidak saling menerima. Kata orang, sahabat itu harus harus dicari dan diuji oleh waktu, bukannya ditemukan dalam waktu singkat. Meskipun berbeda, asalkan ada rasa saling menghormati, terbuka, dan menerima, maka perbedaan justru akan menjadi keindahan dalam kebersamaan. Kekurangan yang satu diperbaiki oleh kelebihan yang lain. Semuanya saling mengisi satu sama lain.

Apakah persahabatan kita didasarkan pada hal yang salah? (kekayaan, kebiasaan buruk, hobi yang tidak berguna) Jika ya, kita harus merubah motif kita dalam bersahabat. Bersahabatlah dengan teman-teman yang baik dan dapat melengkapi diri Anda. Sahabat-sahabat Anda mungkin sangat berbeda dengan Anda, tapi sadarilah bahwa mereka dan Anda saling mengisi; terpisah bagaimanapun, rasa sayang dan perhatian tetap menyatukan semuanya kembali.

PERSAHABATAN SEJATI


Harry Potter karya J.K. Rowling adalah salah satu buku terlaris yang pernah ada. Ketujuh buku yang menceritakan tentang tokoh utama, Harry Potter (Daniel Radcliffe), dan dua sahabat baiknya Ronald Weasley (Rupert Grint) serta Hermione Granger (Emma Watson) ini sudah berhasil menarik perhatikan banyak orang di seluruh dunia. Adakah novel dengan seri yang lebih banyak dan kesuksesan yang lebih besar yang dapat menandinginya? Kita tunggu saja.

Di luar pembahasan tentang hal di atas, di luar adegan-adegan sihir yang dianggap tabu, najis, bahkan sesat, juga di luar banyaknya orang yang tidak menyukai novel maupun film ini (beberapa di antara mereka adalah teman-teman baik saya - entah karena alasan apa mereka tidak menyukainya seperti saya), saya ingin kita melihat banyak hal baik dan positif yang disajikan oleh novel fiksi ini, salah satunya adalah persahabatan ketiga tokoh utama tersebut.

Ada banyak poin persahabatan sejati yang bisa kita lihat, baik dari Harry, Ron, maupun Herminone. Harry yang mulai menyadari bahwa dirinya yang terpilih, bahwa dirinyalah yang pada akhirnya harus menghadapi Lord Voldemort, seringkali ingin bertindak seorang diri. Bukan karena sombong atau apa, tapi karena ia ingin melindungi sahabat-sahabat dan orang-orang di sekitarnya.

Mengenal sifat baik sahabat mereka itu, Ron dan Hermione sering mengingatkannya, "You, need us" (kau membutuhkan kami). Tidak berhenti sampai pada kata-kata, persahabatan mereka berlanjut pada tindakan untuk selalu ada dan saling membantu satu sama lain, pada saat tersulit sekalipun, yaitu saat nyawa juga harus dipertaruhkan.

Bukankah persahabatan itu sangat ideal? Selalu bersama, bahkan saat tangis dan duka, tidak pernah meninggalkan, juga tidak pernah merasa ditinggalkan? Persahabatan seharusnya memang seperti itu, bukan? Selalu ada untuk mereka yang kita panggil sahabat dan tidak membiarkan mereka sendirian.

Apakah Anda punya sahabat? Apakah persahabatan Anda berjalan seperti persahabatan yang "seharusnya"? Jika tidak, introspeksi kembali persahabatan kita. Apakah kita bersahabat hanya di saat senang, cukup, situasi baik, dan sejenisnya? Jika ya, jangan putuskan dahulu hubungan Anda dengan sahabat-sahabat Anda, tapi tunjukkanlah terlebih dahulu bentuk persahabatan yang "seharusnya" diawali dengan Anda.